natural_love



Imam Nawawi Al-Bantani pernah menuliskan keagungan Fatimah Az-Zahra ketika berbicara hak dan kewajiban suami istri. Berikut kutipannya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Suatu hari Rasulullah SAW menjenguk Az-Zahra ketika ia sedang membuat tepung dengan alat penggiling sambil menangis. " Kenapa menangis, Fatimah?" tanya Rasulullah SAW, "mudah-mudahan Allah tidak membuat matamu menangis lagi".

"Ayah , aku menangis karena batu penggiling ini dan aku hanya menangisi kesibukanku yang silih berganti", jawab Fatimah.

Rasulullah SAW kemudian mengambil tempat duduk disisinya."Ayah demi kemuliaanmu, mintakan kepada Ali supaya membelikan seorang budak untuk membantu pekerjaan-pekerjaanku membuat tepung dan menyelesaikan pekerjaan rumah", tutur Fatimah.

Setelah mendengar perkataan putrinya, beliau berjalan menuju penggilingan dan mengambil Segenggam biji-bijian gandum dimasukkan ke penggilingan. Dengan membaca bismillahirrahmanir rahiim maka berputarlah penggilingan itu atas izin Allah. Demikian seterusnya sampai biji-bijian tersebut habis.

Kemudian beliau berkata "Berhentilah atas izin Allah". Seketika itu juga alat tersebut berhenti. Kemudian beliau berkata"Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakunya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya dan mereka selalu mengerjakan segala yang diperintahkanNya" (QS At-tahrim:6)

Merasa takut jika menjadi batu yang kelak masuk neraka, tiba-tiba batu itu bisa berbicara atas izin Allah. Ia berbicara dengan bahasa Arab yang fasih. Selanjutnya batu itu berkata, "Ya Rasulullah, demi Dzat Yang Mengutusmu dengan hak menjadi Nabi dan Rasul seandainya engkau perintahkan aku menggiling biji-bijian yang ada diseluruh jagat timur dan barat, pastilah akan kugiling semuanya".

Dan aku mendengar pula, kata Abu Hurairah yang meriwayatkan kisah ini, bahwa Nabi SAW bersabda, "Hai batu, bergembiralah kamu sesungguhnya kamu termasuk batu yang kelak dipergunakan untuk membangun gedung Fatimah di surga". Setelah itu batu penggiling bergembira dan berhenti.

Nabi SAW bersabda kepada putrinya, "Kalau Allah berkehendak, pasti batu penggiling itu akan berputar sendiri untukmu. Tetapi Allah berkehendak mencatat kebaikan-kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukan - keburukanmu serta mengangkat derajatmu.

Hai Fatimah, setiap istri yang membuatkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah akan mencatat baginya memperoleh kebajikan dari setiap butir biji yang tergiling dan menghapus keburukan serta meninggikan derajatnya.

Hai fatimah, setiap istri yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisirkan rambut mereka dan mencucikan baju mereka, maka Allah mencatatkan pahala seperti pahala orang yang memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

Hai Fatimah, setiap istri yang mencegah kebutuhan tetangganya, maka Allah akan mencegahnya untuk minum air dari telaga Kautsar pada hari kiamat.

Hai Fatimah, tetapi yang lebih utama dari semua itu adalah keridhoan suaminya. Sekiranya suamimu tidak meridhoimu, tentu aku tidak akan mendoakanmu. Bukankah engkau mengerti Fatimah bahwa ridho suami akan menjadi bagian dari ridho Allah dan kebencian suami merupakan kebencian Allah.

Hai Fatimah, manakala seorang istri mengandung maka para malaikat memohon ampun untuknya dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh seribu kebajikan dan seribu keburukannya dihapuskan. Apabila telah mencapai rasa sakit (menjelang kelahiran) maka akan dicatat seperti pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Apabila telah melahirkan, dirinya terbebas dari segala dosa seperti keadaannya setelah dilahirkan ibunya.

Hai Fatimah, setiap istri yang melayani suaminya dengan niat benar, maka dirinya terbebas dari dosa-dosa seperti pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia tidak keluar dari dunia (mati) kecuali tanpa membawa dosa. Ia menjumpai kuburnya sebagai pertamanan surga. Allah memberikan pahala seperti seribu orang yang berhaji dan umrah dan seribu malaikat memohon ampunan untuknya hingga kiamat.

Hai Fatimah, setiap istri yang tersenyum manis di muka suaminya, maka Allah memperhatikannya dengan penuh rahmat.

Hai Fatimah, setiap istri yang menyediakan diri tidur bersama suaminya dengan sepenuh hati, maka ada seruan yang ditujukan kepadanya dari langit. "Hai wanita, menghadaplah dengan membawa amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang".

Hai Fatimah, setiap istri yang meminyaki rambut suaminya demikian pula jenggotnya, memangkas kumis dan memotong kuku-kukunya maka Allah kelak memberi minum kepadanya Rahiqim makhtum (tuak jernih yang bersegel) dan dari sungai yang ada di surga. Bahkan Allah akan meringankan beban sakratul maut. Kelak dirinya akan menjumpai kuburnya bagaikan taman surga. Allah mencatatnya terbebas dari neraka dan mudah melewati shirath".

Mihrab Agung Orang-orang tercinta

Fatimah Az-Zahra mendidik sendiri dua putra dan dua putrinya yang diamanahkan Allah SWT kepadanya. Ia susui anak-anaknya dengan ASInya sendiri. Ia memilih untuk mendekap anaknya meskipun kepayahan bekerja dan tak ada orang yang mau menggantikan karena ibulah yang bisa menyayangi anaknya bukan orang lain.

Bilal bercerita " saya melewati Fatimah yang sedang menggiling, sementara anaknya menangis" kata Bilal. Bilal berkata kepadanya, "Jika engkau mau biar aku yang memegang gilingan dan engkau memegang anak itu. Atau aku yang memegang anak itu dan engkau memegang gilingan".

Fatimah berkata, " Aku lebih dapat mengasihi anak-anaku dibandingkan engkau".

Sebagaimana istrinya Ali juga menolak orang yang membawakan makanan yang akan diberikan kepada anaknya (Subhanallah, betapa hati-hatinya beliau menjaga keberkahan).

Seorang pedagang pakaian pernah mendapat cerita dari neneknya, "Saya melihat Ali Ra membeli kurma dengan harga satu dirham, lalu beliau membawanya dibungkus selimut. Saya berkata kepadanya atau seseorang berkata kepadanya, "Saya yang akan membawanya wahai Amirul Mukminin". Beliau menjawab " Jangan! Kepala keluarga lebih berhak membawanya."

Dikutip dari : "Disebabkan oleh Cinta, kupercayakan Rumahku Padamu", M. Fauzil Adhim.

Menurut kami, cukuplah Rasul kita jadikan suri tauladan untuk para suami dan cukuplah Fatimah Azzahra kita jadikan suri tauladan untuk para istri.

Wallahu'alam bishowwab.